Menurut UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, dinyatakan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar yag dilakukan agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran dan/atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Pendidikan merupakan satu aspek yang penting di dalam kehidupan manusia bahkan pendidikan tak mungkin dapat di pisahkan dari kehidupan manusia itu sendiri.
Dan sejatinya Pendidikan itu mulai tersentuh sejak seseorang itu dilahirkan hingga putusnya gertakan denyut nadi terakhirnya. Dimana bebagai ranah Pendidikan bagi manusia meliputi aspek jasmani, rohani, akal dan sosial. “Para orang tua mendidik anaknya pada substansinya supaya badannya sehat dan kuat, akalnya waras dan cerdas, rohaninya luhur dan berbudi pekerti tinggi, mampu hidup bermasyarakat dan menyesuaikan diri dalam kelompoknya” .




Pada konten yang lain, Kaum pinggiran kita bisa mendefinisikan sebagai sekumpulan dari orang-orang yang termarginalkan. Kaum pinggiran adalah kelompok masyarakat yang terpinggirkan dan adakalanya juga dipinggirkan. Bagi kaum marginal, hampir tiada asa bagi suara mereka. Hampir tiada asa bagi seruan memperbaiki nasib, Malahan seringkali tiada asa bagi pencerahan masa depan mereka. Kaum marginal adalah sebuah realitas sosial.Mereka ada dan keberadaannya menyublim dengan tatanan kehidupan sosial kita. Karena itu, tidak akan salah  jika kaum marginal diberdayakan. Agar keberadaan mereka tidak lagi sekedar “pelengkap penderita ” dalam tatanan kehidupan masyarakat.
Secara umum, mereka yang tergolong masyarakat terpinggirkan adalah orang miskin, gelandangan, pemulung, kaum buruh dengan gaji rendah, anak jalanan, para penyandang cacat, terjangkit penyakit HIV dan AIDS, masyarakat tradisional, Korban perdagangan manusia, korban kekerasan domestik, remaja yang mengalami konflik dengan hukum, buruh tani, pekerja seks, dan lainnya. Mereka terpinggirkan karena tekanan ekonomi, sosial, budaya, dan politik, termasuk kebijakan dan program pemerintah yang tidak berpihak.
Peranan pendidikan di kalangan kaum yang termarginalkan lebih cendrung pada ranah pendidikan non formal. Hal ini akan terlihat sebagai ruang pemasalahan yang cukup komplit dimana peran pendidik harus bersentuhan langsung dengan peserta didik (masyarakat) yang terlanda berbagai masalah, yakni pada aspek ekonomi (kemiskinan), pendidikan (putus sekolah), sosial (pengangguran), sumber daya manusia (rendahnya ketrampilan yang dimiliki) dan lain sebagainya. Dengan kata lain, pendidikan non formal menitik beratkan pada pemberdayaan “masyarakat sampah” atau masyarakat yang bermasalah secara kolektif.
Mengutip beberapa tulisan yang ada, dinyatakan bahwa keberadaan kaum pinggiran dapat dikatagorikan sebagai kaum buruh rendahan, kaum imigran kota (pemukinan kumuh dan padat), masyarakat di daerah perbatasan, maupun masyarakat desa tertinggal karena faktor sumber daya alam yang tidak mendukung.    
Keberadaan mereka pelan tapi pasti menjadi penyebab terjadinya akumulasi segala bentuk penyakit masyarakat seperti pelacuran, gelandangan / pengemis, anak jalanan, pencurian, perampokan, human trafficking, narapidana, dan lain - lain di suatu negara. Dengan demikian masyarakat (kaum) marjinal ini bila tidak diberdayakan melalui pemberian solusi yang tepat, maka berarti pula ini disiapkan untuk menjadi benih bom waktu yang dahsyat untuk merusak sendi - sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dengan demikian menurut penulis, bahwa kondisi masyarakat marjinal bila dibiarkan berlarut-larut akan berdampak pada beberapa persoalan :
a.   Semakin banyaknya angka putus sekolah (drop out) dan buta huruf di kalangan mereka.
b.   Semakin menurunya kualitas SDM
c.   Semakin tingginya angka pengangguran.
d.   Semakin tingginya penyakit – penyakit sosial masyarakat dan kerawanan sosial.
e.   Indeks kemajuan pendidikan di Indonesia semakin tertinggal dengan negara – negara lain.
Suggetion:
Keberadaan masyarakat marjinal di sekitar kita merupakan fenomena yang wajar dan harus diterima sebagai bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Kita tidak dapat menghindar dari kenyataan tersebut sehingga tidak perlu saling menuding dan menyalahkan penyebab dari keberadaan mereka, Yang perlu digarisbawahi adalah bagaimana upaya kita sebagai bagian keluarga besar bangsa Indonesia ini untuk turut serta mencari solusi sebagai jalinan, tantangan dan tanggung jawab sosial dalam rangka pemberdayaan agar mereka tidak berkelanjutan bernafas dalam keterpurukan.
*artikel ini disajikan pada forum kajian rutin Gerakan GUSDURian Muda(GARUDA)Malang|04- 05- 2012|19.30wib|di ged-B Uin Maliki :)

0 komentar:

Posting Komentar